Elemen Fotografi: Formasi Bidang

Jika Bentuk tampak dalam dua dimensi, maka Formasi Bidang tampak dalam tiga dimensi. Formasi bidang meyakinkan kita bahwa sebuah objek memiliki kedalaman. Dipadu dengan bentuk dua dimensi seperti bujur sangkar, persegi panjang, lingkaran menimbulkan dampak emosional yang berbeda pada sebuah foto.
Ketika jalan-jalan ke Jogja dan pergi ke Keraton, terdapat bangunan yang sudah hancur sebagian. Hancur karena usia dan juga gempa yang melanda kota Jogja pada pertengahan 2006. Tetapi  Sebagian dinding bangunan masih bertahan dan memiliki bagian-bagian yang berbentuk segi empat. Dinding bangunan itu sendiri juga merupakan sebuah bidang.
Cahaya matahari yang berasal dari kiri atas atau dari samping menambah kesan tiga dimensi akibat bayangan yang ditimbulkan  terutama di bagian 'jendela' berbentuk persegi panjang.
Beralih ke seorang pengrajin yang sedang membuat tempat tisue yang juga merupakan sebuah formasi bidang. Dapat di lihat tempat tisu yang paling depan sebagai objek utama dan di belakangnya terdapat seorang pengrajin beserta benda-benda lain hasil pekerjaanya.

Elemen Fotografi: Bentuk

Selain garis, elemen berikutnya yang perlu diketahui adalah BENTUK (shape). Di artikel sebelumnya saya mengatakan bahwa garis adalah elemen yang paling kuat. Sebab dengan adanya garis, maka dapat tercipta sebuah 'bentuk'.
'Bentuk' juga merupakan elemen yang fundamental karena dengan melihat 'bentuk', kita dapat mengidentifikasi sesuatu. Pernah mendengar pernyataan 'seeing is believing' ? Ketika kita melihat foto orang-orang di situs jejaring sosial, beberapa dari foto tersebut ada yang kita anggap orangnya cantik atau ganteng serta seksi. Tapi apakah kita sudah pernah melihat aslinya? Apakah aslinya secantik atau seganteng fotonya? Apakah aslinya benar-benar seksi? Lihatlah aslinya dulu, baru bisa percaya :)
Lalu apa yang dimaksud dengan 'bentuk' pada fotografi? Ketika melakukan komposisi foto yang mengutamakan 'bentuk' ada beberapa hal yang harus diketahui. Pertama, untuk mendapatkan 'bentuk', posisi objek yang terbaik adalah frontlit atau backlit. Kedua, harus ada kontras yang kuat antara objek dengan sekelilingnya. Contoh yang paling mudah adalah foto siluet, dan waktu terbaik untuk mendapatkan foto seperti ini adalah pada saat sunrise, sunset dan beberapa waktu sebelum dan sesudah peristiwa itu. Ketika mendapatkan foto siluet, detail objek yang menjadi siluet akan hilang dan tidak tampak serta hanya menyisakan garis yang membentuk objek tersebut yang berlawanan dengan objek lain di sekelilingnya. Siluet adalah hal yang paling murni dan mendasar dalam segala jenis 'bentuk'.
Untuk membuat foto yang mengutamakan 'bentuk', kita tidak perlu menunggu sunset atau sunrise. Tetapi kedua momen tersebut memang waktu yang paling pas dan mudah untuk mendapatkan gambar siluet. Contoh foto pesawat di atas dibuat pada saat siang hari dengan posisi matahari nyaris di paling atas. Contoh lain adalah foto bayangan yang dilakukan pada malam hari yang sama sekali tidak ada cahaya matahari. Dengan mengandalkan lampu sorot di bundaran HI, saya memotret bayangan diri saya sendiri :)

Elemen Fotografi: Garis

Beberapa pakar fotografi dalam tulisannya menuliskan beberapa elemen dalam fotografi. Berbeda pakar, berbeda pula pendapat mengenai elemen yang dianggap penting, tergantung pendapat mereka masing-masing. Setelah saya membacanya, meskipun berbeda-beda, namun semuanya memiliki dasar yang kuat untuk mendukung hasil foto. Elemen-elemen tersebut sebaiknya kita pelajari agar kita semakin sensitif dalam melihat hal-hal yang berada di sekitar kita. Mari kita mulai dari elemen yang paling sederhana dan mudah, yaitu GARIS.
Garis bisa menjadi elemen yang sangat kuat dalam fotografi, bahkan paling kuat. Garis bisa berbentuk lurus, vertikal, horizontal, diagonal atau bahkan berbentuk kurva seperti huruf S. Selain itu terdapat juga garis yang disebut dengan 'leading line', yaitu garis yang membimbing mata kita ke arah tertentu sehingga pada saat melihat foto, mata kita akan mengarah kepada suatu titik.
Ada banyak hal yang dapat kita jadikan garis, seperti pada beberapa foto berikut. Foto pertama adalah seekor lalat di halaman rumah saya yang sedang bertengger pada sehelai akar tanaman. Ketika melihat foto tersebut, mata saya akan melihat dari sisi kiri atas menuju ke kanan bawah dengan lalat sebagai objek utamanya. Dengan demikian, garis pada foto ini adalah berbentuk diagonal dan garis tersebut juga merupakan 'leading line' yang mengarahkan mata kita dari satu titik ke akhir titik.
Perhatikan pula foto pelepah daun pakis berikut. Terdapat banyak 'leading line' yang mengarahkan mata kita menuju satu titik di sebelah kiri atas. Garis-garis tersebut terbentuk dari lipatan-lipatan daun yang semuanya memang tertuju ke pangkal daun. Di ujung garis tersebut kita bisa melihat sisi lain dari daun tersebut yaitu tempat yang menunjukkan bahwa kita sedang berada di hutan pakis.
Berbeda dengan dua garis sebelumnya, foto zebra berikut memiliki garis-garis vertikal yang merupakan corak kulit dari zebra itu sendiri. Pada foto tersebut, garis-garis tubuh zebra memperkuat pemaknaan warna garis hitam putih yang sangat lekat dengan warna tubuh zebra. Dalam beberapa kasus, garis vertikal akan menambahkan kesan tinggi, megah dan kuat.
Foto terakhir yaitu foto garis berbentuk kurfa S. Garis berbentuk kurva S akan membawa mata kita kepada posisi yang mengarah semakin jauh dari kita. Garis kurva S memberikan kesan elastis dan tidak membosankan ketimbang sekedar garis lurus.
Coba perhatikan hal-hal di sekitar, apakah ada 'garis-garis' yang Anda lihat  cukup unik dan menarik untuk diabadikan gambarnya? Perhatikan baik-baik. Tidak ada salahnya mencoba :)

Rule of Third

Ketika pertamakali memotret, seringkali seorang fotografer nyubi memotret sebuah objek dan meletakkannya di tengah-tengah frame. Tidak ada yang salah dengan itu, hanya saja seringkali objek yang berada di tengah frame terasa membosankan. Kecuali kita tau persis mengapa kita meletakkannya di tengah, seperti memotret pasfoto di artikel sebelumnya. Bukan berarti saya katakan foto itu komposisinya baik, tapi memang karena untuk keperluan pasfoto maka objeknya diletakkan di tengah.
Lalu jika bukan di tengah, dimana lagi? Ada panduan untuk setiap fotografer dalam menempatkan objek utamanya pada frame yang disebut dengan 'rule of third'. Rule of third membagi frame menjadi sembilan bidang kecil yang dibentuk oleh dua garis horizontal dan dua garis vertikal yang membagi setiap sisi dengan besaran yang sama. Seperti pada gambar matriks di sebelah kiri.
Rule of third menerangkan bahwa, daripada meletakkan objek di tengah lebih baik menempatkan objek di sepanjang garis dari salah satu garis vertikal/horizontal atau di salah satu persilangan antara keduanya (titik berwarna merah). Dengan menempatkan objek seperti demikian, komposisi jadi lebih menarik ketimbang sekedar menempatkan objek utama di tengah frame, seperti pada contoh foto sepatu pada artikel sebelumnya. Jika diaplikasikan pada matriks rule of third, hasilnya akan seperti gambar berikut.
Objek yang diletakkan tidak perlu persis pada garis atau titik persilangan, tapi cukup condong ke arah tersebut. Garis dan titik persilangan tersebut merupakan tempat yang paling ideal untuk menempatkan objek jika kita mengikuti panduan rule of third.
Tidak hanya untuk penempatan objek, penempatan garis horizon jika kita memotret landscape juga sebaiknya tidak di tengah, tetapi mengikuti panduan rule of third, seperti pada foto jeti (dermaga) di sebelah kanan. Selain mengikuti panduan rule of third, perlu dicatat bahwa setiap memotret garis horizon hendaknya tidak miring, tetapi harus lurus.
Jadi, lain kali ketika memotret usahakan jangan meletakkan objek di tengah frame kecuali memiliki alasan yang kuat untuk meletakkannya di situ.

Komposisi

Setiap orang yang membeli kamera baik baru maupun bekas pasti hal yang dilakukan selanjutnya adalah mempelajari kamera tersebut. Semakin dipelajari akan semakin lihai kita menggunakan kamera dan semua itu dilakukan agar kita bisa menghasilkan gambar yang sempurna dari sisi teknis. Kemampuan teknis adalah kemampuan kita untuk menghasilkan gambar yang baik dari sisi kualitas hasil foto, seperti apakah gambar tersebut tajam, lembut, blur, berwarna dan hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut sangat tergantung dari kamera dan lensa yang kita gunakan, semakin bagus maka semakin baik. Tetapi ada hal lain yang kamera kita tidak bisa memberitahu kita, yaitu pengaturan tata letak objek atau yang disebut dengan komposisi.
Apa itu komposisi? Misalnya kita ingin memotret teman kita untuk keperluan pasfoto, teman kita menghadap kamera dan biasanya kita menempatkan posisi wajah dan badan teman kita tepat berada di bagian tengah frame seperti pada foto SPG di sebelah kiri. Atau misalnya kita menempatkan objek tidak di tengah seperti pada foto sepatu yang saya ambil di sebelah kanan. Apakah pada gambar tersebut saya salah menempatkan objek karena posisinya di pinggir? Tidak! Saya memang sengaja menempatkannya di pinggir karena membuat foto menjadi tampak lebih menarik (setidaknya untuk saya sendiri :p).
Kedua contoh tersebut adalah contoh sederhana dari komposisi, yang bisa diartikan sebagai menempatkan objek pada posisi yang menurut kita terbaik. Apakah ada aturan mengenai komposisi? Jawabannya: tidak! Tidak ada yang mengharuskan kita mengambil dengan cara tertentu, tetapi komposisi yang baik akan diterima dengan baik oleh orang-orang yang melihat foto kita dan menilai apakah foto kita termasuk 'bagus' di mata mereka. Untuk itu, ada beberapa panduan mengenai komposisi untuk membantu kita dalam mempelajari komposisi yang baik. Artikel berikutnya akan membahas hal-hal yang dapat dijadikan pedoman untuk mengatur komposisi.